Minggu, 31 Agustus 2008

Bertaqwa

Oleh
Michael Towoliu

HAI semua manusia, sembahlah tuhanmu, yang menjadikan kamu dan menjadikan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. Yang menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap dan menurunkan dari langit air, kemudian mengeluarkan dengan air itu berbagai macam buah (makanan) sebagai rizgi untukmu. Karena itu, maka kamu jangan mempersekutukan ALLAH dengan apapun, padahal kamu mengetahui. (Bahwa ALLAH itu tidak bersekutu dan tidak berbanding, sebab DIA pencipta sedang semua yang lainnya dicipta olehNya, sebab Tuhan itu hanya menjadikan, mencipta dan bukan dijadikan, diciptakan).
Firman ALLAH SWT, di atas sudah jelas menyatakan kalau kita sebagai manusia yang dicipatkan olehNya harus selalu bertaqwa dan jangan sekali-kali mempersekutukannya dengan apapun baik yang ada di langit maupun di bumi.
Kini tak terasa, bulan penuh rahmat, penuh pertobatan sudah tiba. Inilah kesempatan kita (umat muslim) untuk segera memohon ampun atas segala perbuatan yang selama ini dilakukan. Marilah kita menelisik kembali, perjalanan hidup kita selama ini. Saya yakin, orang-orang beriman pasti sangat merindukan bulan suci Ramadhan, bulan penuh berkah dan pengampunan. Faktanya, Ramadhan adalah bulan kebaikan dan kebahagiaan bagi semua manusia, karena secara fithrah, manusia itu cenderung kepada kebaikan dan beriman kepada Rabbnya.
Oleh sebab itu, manusia diberikan kesempatan pada bulan ini, tapi dengan catatan untuk selalu menghindar dari perbuatan yang dapat membatalkan puasa, maupun pahala puasa itu sendiri. Ada tiga poin yang dapat membatalkan pahala puasa, pertama adalah berdusta. Dusta ini dapat menuntun kita kedalam api neraka. Seperti sabda Rasulullah s.a.w: Biasakanlah berkata benar, karena benar itu menuntun kepada kebaikan dan kebaikan itu menuntun ke sorga, dan selalu seorang itu berkata benar, dan menjaga supaya tetap benar, sehingga dicatat di sisi ALLAH sebagai seorang siddiq (yang amat benar). Dan berhati-hatilah dari dusta, karena dusta menuntun kepada lancung (curang) dan kecurangan itu menuntun ke dalam neraka, dan selalu seorang hamba berlaku curang, sehaingga tercatat di sisi ALLAH sebagai pendusta. (H.R. Bukhari, muslim). Kedua adalah ghibah (menyebut kejelekan orang pada lain orang). Ghibah ini sangat berbahaya, sebab ibarat dosanya lebih berat daripada berzinah. ALLAH ta’ala berfirman: hai orang-orang beriman jauhilah kebanyakan dari sangka-sangka itu, karena sebaian dari sangka-sangka itu berdosa, dan jangan menyelediki kesalahan orang, dan janganlah sebagian kamu menggunjing (mengumpat) sebagian yang lain, sukakah sekiranya seorang makan daging saudaranya yang telah mati, tentu kamu jijik. Karena itu, bertaqwalah kepada ALLAH sungguh ALLAH maha penerima tobat lagi penyayang. (Alhujarat 12). Dan yang ketiga adalah memaki (saling caci). Hal ini dapat menyeret kita pada perbuatan yang tidak benar. Sebab, ketika kita saling mencaci, kita pasti akan dibalut emosi (amarah). Nah, kesempatan inilah digunakan syetan untuk menjerumuskan kita ke hala-hal yang tidak baik. Seperti yang diriwayatkan (H.R. Albaihaqi, ibn Asaakir), bahwa Rasulullah s.a.w pernah bersabda: hai m’awiyah, awaslah daripada marah, karena marah itu dapat merusak iman, sebagaimana jadam dapat merusak madu. Untuk itu, dalam menjalankan puasa, umat muslim dilarang untuk mencaci maki yang ujungnya pada kemarahan. Sebab sesuai sabda Rasulullah, bahwa bukan yang bernama puasa itu sekedar menahan makan minum, tetapi puasa yang sungguh-sungguh itu menahan dari laghu (lelahan, perkataan tidak ada gunanya) dan kata-kata yang keji.
Untuk itu, marilah kita bersujud dan memohon ampun kepada ALLAH. Sangatlah rugi bagi kita jika tidak melakukan hal itu, sebab di bulan suci Ramadhan ini, pintu taubat telah terbuka bagi kita semua yang menginginkannya. Amin...


1 komentar:

Usako mengatakan...

Alim pak..... he he he,